Langsung ke konten utama

Kita Saling Memandang Kala Anak-Anak Hujan Senang Berdendang (Kampus Fiksi Writing Challenge Hari Ke-4)

#KampusFiksi10DaysWritingChallenge


Cerita ini bukan soal cinta antara perempuan dan laki-laki, namun hubungan yang tak sengaja bertaut antara laki-laki dan perempuan musabab pertemanan yang begitu menyenangkan. Kisah tentang perjumpaan dengan salah seorang teman yang tanpa ia sadari telah menggelontorkan banyak dorongan dan harapan untuk hidupku.



Buku hadiah darinya

Aku berjumpa dengannya ketika anak-anak hujan sedang senang-senangnya berdendang. 

Malam yang basah, badan terasa lungkrah. Beberapa hari mata terpicing hingga larut bahkan dini hari, sebab event besar yang mengharuskan badan dan pikiranku mengeluarkan banyak tenaga. Dan kala itu, malam ke duapuluh sekian di bulan Oktober. Kakiku mengayun menuju sekumpulan bus untuk menuju ibu kota.... Jakarta....

Bulir-bulir air sempat membuat sandal merah jambuku menggigil. Kusandarkan punggung ke salah satu deretan kursi. Kantukku berpacu dengan waktu ketika harus menunggu bus nomor sekian yang akan mengantarkanku ke jantung Indonesia. Ah anak-anak hujan masih saja berlarian, kadang lekas, kadang pelan. Jatuh, luruh, terhempas di atas aspal. 

Mata semakin menyipit kala kulihat sesosok tubuh sekecil galah mangga. Di antara lengkungan tubuhnya kulihat benda-benda yang kusuka. Mau ke mana dia? Ke Jakarta atau naik gunung? Kulucuti pucuk punggung hingga kakinya. Wajahnya? Tak sempat mataku menyesap garis-garis rupanya yang kemudian bermuara ke ingatan. Tak sempat. Pun aku tak tertarik untuk tahu. Berbagai merk outdoor gear bergelayut gagah di tubuhnya. Sekali lagi, pertanyaan menguar di antara cahaya mata yang meredup. Mau ke mana dia?

Bus dengan nomor dua puluh sekian akhirnya datang. Aku sudah tak tahan. Rebahan di kursi kupikir akan segera membuatku tertidur pulas. Balas dendam atas sekian hari kekurangan waktu untuk terpejam. Nyatanya.... Aku benar-benar pulas. Sampai pagi. Sampai bus sudah terparkir sekian menit di terminal Lebak Bulus. Mataku buram. Aku lupa jika tertidur di atas seonggok kotak bermesin dengan roda yang berputar. Sekian menit aku gunakan untuk merapikan ingatan.

Tergesa-gesa kakiku menapaki lantai bus untuk segera turun. Aku kembali melihat jaket Claw abu-abu yang dipakai seorang laki-laki seumuranku malam sebelumnya. Hah itu kan si dia. Ternyata kami satu bus. Carrier yang berbalut cover bag Actech dia junjung menuju punggungnya. Lagi-lagi aku tak tertarik untuk mengetahui wajahnya. Dia berjalan di depanku. Aku tak berminat untuk peduli lebih jauh. Hanya selintas tanya kembali menguar. Mau ke mana dia dengan perlengkapan naik gunungnya? Lalu, aku sibuk untuk memilih angkutan umum untuk menuju ke UIN Jakarta.

Satu hari berselang. Aku tak mengingatnya. Terlalu sibuk aku membolak balikkan halaman-halaman buku soal-soal CPNS. Tak ada secuil tempat untuknya di sanubari. Hari berikutnya sungguh luar biasa. Antrean untuk melewati Tes Potensi Akademik begitu panjang. Waktu tes bagaikan karet celana yang mendadak molor ketika akan digunakan segera. 

Azan zuhur mematuk-matuk telinga. Sekian orang menuju ke musala. Tidak demikian denganku. Punggungku tetap rekat di kursi penantian. Panggilan salat tak berlaku untukku hari itu. Ketika sebagian orang ramai-ramai membalurkan air wudu ke kulitnya, aku terpana akan sesuatu. Mataku membulat. Mulutku layaknya pintu gua. Alamaaak. Tas itu, jaket itu. Tas dan jaket yang sama seperti yang kulihat dua malam sebelumnya di Semarang. Mana pemiliknya?

Pertemuan tanpa wajah di hari ketiga ini membuatku menyingkirkan ketidakpedulian. Kami pun saling mengenal. Lalu, memagut janji untuk bersama kembali ke Semarang hari berikutnya. Pertemuan berikutnya ia antarkan sebuah buku untukku. Buku yang kemudian dihadiahkan kepadaku. Buku yang di waktu berikutnya membawaku kembali ke dunia penuh aksara. Sejak saat itu, keinginan untuk bergumul dengan buku terus bertalu-talu.

Ah kamu, terima kasih atas perkenalan pada waktu itu. Aku selalu mengingat saat-saat itu. Pertemanan yang diawali dengan kisah yang tak biasa. Ah seperti FTV saja hahahahahaha. Aku senang bisa mengenalmu, kawan. Bercanda denganmu. Berlarian menerobos tarian hujan. Darimu kudapatkan harapan. Kutemukan kembali kemampuan diri yang lama kulupakan.

Dan begitulah kisah pertemuanku dengan si dia, salah satu temanku :)


Komentar

  1. Kirain ketemu jodoh makk🤭. Hihi.. seru juga bermain majas yaa. Aku jarang pake banyak majas dalam tulisanku soalnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah tertipu ya. Aku udah lupa cara nulis begini mak. Saking lama gak diasah hehehe

      Hapus
  2. Halo Mba, salam kenal ya. Baca ini saya jadi teringat pertemuan pertama dengan suami, yaitu saat kami sama-sama traveling ke Labuan Bajo (saat itu belum saling kenal), 2 tahun kemudian dia melamar saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo, salam kenal juga ya mbak. Wah seru sekali ini ceritanya. Kalau ini hanya seorang teman mbak. Sering banget aku itu berteman dengan seseorang dengan pertemuan yang unik

      Hapus
  3. Koq teman sih? Sungguh ending di luar ekspektasiku.. apakah ada lanjutan kisah sari teman jadi demen kah ini mom? 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enggak ada lanjutannya Mom. Iya ni jadi demen kasih semangat. Tapi gak demen yang lainnya xixixi

      Hapus
  4. Real story kah? Bagus banget ya tulisan mu pantes udah ngeluarin tulisan pendek. Aaah fans berat tulisan mu lah daku 💕💕

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mom. Tulisan pendek di mana mom? Ini tulisan lama. Sekarang udah lupa caranya hehehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Implora Day to Day Series, Tampil Manis dengan Make Up Minimalis

  Bisa make up dengan tenang tanpa direcokin anak pasti jadi dambaan perempuan dewasa. Ya, sebagaimana fitrahnya perempuan, yaitu bersolek. Merias diri agar tampak apik dipandang mata, menjadi hal naluriah. Sementara itu, sebagian ibu dengan anak balita, merias diri bisa menjadi aktivitas yang sangat menantang. Apalagi yang belum kenal dengan Implora Day to Day Series. Untungnya Implora series ini baru ada di akhir 2023, yang mana anakku sudah mulai memasuki masa kanak-kanak. Coba masih bayi, aku harus menyembunyikan dengan berbagai cara. Biar tim ungu series yang manis ini tak lekas rusak, sebelum habis dipakai. Paham kan ibu ibu di pelosok tanah air? 😁 Pas banget, ketika Implora day to day Series ini launching , aktivitasku semakin padat. Sejak Desember, aku mulai sering diminta menjadi narasumber, pemateri, atau pengisi acara. Di samping itu, kerap kali ada acara orang tua di sekolah. Aku butuh banget make up yang bisa dipakai sat set, plus dapat dibawa kemana-mana dengan mudah. Ak

Mau Kuku Tampil Cantik? Implora Nail Polish Bikin Makin Percaya Diri

  Ngomongin soal nail polish atau cat kuku, atau kutek, tidak seperti ngomongin lipstik. Perempuan yang memilih tidak memakai nail polish, lebih banyak daripada yang memilih tidak memakai lipstik. Tetapi, memakai nail polish sebenarnya hal yang lumrah. Ya, karena bagian dari fitrah perempuan, yang demen banget bersolek. Bahkan menggunakan nail polish, bisa bikin makin percaya diri. Apalagi kalau pakai Implora Nail Polish. Kapan aku mengenal nail polish, tentu sejak kecil 😁. Namun ketika berada di bangku kuliah, aku selalu memakai nail polish berwana hitam. Gemes sama warna ini. Ini berlangsung sampai aku bekerja. Tentu pakainya ketika si tamu bulanan datang 😁. Sejak hamil dan melahirkan, aku berhenti memakai nail polish. Hingga anak perempuanku, keranjingan memakai nail polish sejak usia 3 tahun. Kemudian di usianya yang ke-6, aku mulai berpikir, untuk mencoba memakai nail polish lagi. Karena, ia akan senang, dan merasa semakin dekat, jika aku masuk ke dunianya. Daaan kutemukan si Im

Bikin Betah! Series Barbie Ini Ajak Anak Berpetualang di Kala Liburan

  Ada yang seru di libur lebaran tahun ini. Barbie The Movies kembali tayang di televisi. Beuh ini mah gak cuma anak yang happy, emaknya juga hihihihihi.  Para emak alias ibu bisa sekalian bernostalgia. Betapa riangnya kala kecil hingga remaja, menonton petualangan Barbie di televisi, ketika libur sekolah tiba.  Terpesona gitu lho sama para Barbie. Udah cantik, elegan, berkarakter, pejuang keras, smart, pokoknya sosok yang oke deh. Walaupun tetap saja ada sifat negatif pada karakter utama, seperti ceroboh, dll. Ya, mirip manusia kan, punya kelebihan dan kekurangan. Banyak banget, kisah Barbie, yang telah lalu. Misal Barbie in the Nutcracker, Barbie as the Princess and the Pauper, Barbie of Swan Lake, Barbie: Fairytopia, Barbie in the 12 Dancing Princesses, Barbie and the Three Musketeers, Barbie: Mariposa, Barbie as Rapunzel, Barbie and The Magic of Pegasus, dan cerita Barbie lainnya. Kalau aku sih, sampai kuliah masih suka nonton series Barbie 😁. Soalnya penuh petualangan dan kejuta