Optimalisasi Bank Syariah Indonesia dalam Mengembangkan Potensi Lembaga Pendidikan Islam Guna Memperkuat Ekosistem Halal
Oleh: Meka Nitrit Kawasari
Ekosistem halal di Indonesia memasuki babak baru sejak Desember 2023 yang lalu. Pasalnya Indonesia menempati peringkat ke- 3 pada State of Global Islamic Economy (SGIE) Report 2023. Untuk fesyen halal, Indonesia berada pada urutan ke-3. Sementara itu, dari indikator makanan halal, masih bertahan di urutan ke-2. Indikator industri obat-obatan dan kosmetik halal, peringkat Indonesia naik menjadi urutan ke- 5. Adapun pada media dan rekreasi halal, Indonesia berhasil menduduki peringkat ke- 6, yang sebelumnya tidak berada di 10 besar. Sayangnya, peringkat pada keuangan syariah turun dari rangking 6 ke- 7 (source: kemenperin.go.id).
Gaya hidup konsumtif masyarakat Indonesia, kurang dibarengi dengan pemahaman literasi keuangan syariah. Di sisi lain, produk/jasa halal yang semakin menjamur, dapat membantu laju penetrasi ekonomi syariah. Kondisi ini diitambah dengan kesadaran masyarakat muslim yang semakin meningkat, dalam menggunakan produk/jasa halal. Akan tetapi jika literasi masyarakat terhadap keuangan syariah tidak segera meningkat, dapat terjadi ketidakseimbangan pada ekosistem halal.
Menurut hasil survei World Population Review, Indonesia menempati peringkat pertama untuk populasi muslim terbanyak di dunia, yaitu mencapai 242.700.000 jiwa pada 2021. Sementara itu, dilansir dari RRI.com, pada 2024 populasi muslim di Indonesia menempati peringkat kedua, yaitu sebesar 236 juta jiwa. Pangsa pasar yang cukup besar untuk memperkuat ekosistem perekonomian syariah. Upaya peningkatan literasi keuangan syariah dan sinergi dengan berbagai pihak, dibarengi dengan pemanfaatan teknologi, dapat memperluas jangkauan ekosistem.
Ketua BAZNAS, Noor Achmad, pada Seminar Islamic Ecosystem Acceleration di BSI Internationmal Expo 2024, mengutarakan pilar-pilar ekonomi syariah hendaknya saling mendukung dan menguatkan, untuk membentuk ekosistem yang sehat. Terdapat tiga pilar ekonomi syariah, yaitu Keuangan Syariah, Industri Halal (kuliner, wisata, kosmetik, fesyen), Filantropi Islam (zakat, infaq, sedekah, wakaf).
Ketiga pilar ini tidak dapat terlepas dari unsur lain, yaitu aspek ekonomi berupa haji dan umrah, serta lembaga dakwah (masjid, musala, madrasah, pesantren, sekolah islam). Unsur-unsur pendukung ini dapat lebih menguatkan dan berjalan bersamaan dengan ketiga pilar, untuk menumbuhkan ekosistem halal yang maksimal.
Kontribusi PT. Bank Syariah Indonesia, Tbk (BSI) dalam Geliat Ekosistem Halal
Sejak merger pada 1 Februari 2021, BSI berkomitmen untuk menjadi bank syariah yang modern namun inklusif. Berbagai segmen nasabah, baik korporasi, retail, UKM, maupun usaha mikro tetap dilayani sebagaimana mestinya. Selain itu BSI juga mendorong UMKM untuk terus berkembang.
Fakta-Fakta BSI (dilansir dari bankbsi.co.id)
Pada pembukaan BSI Internatioanl Expo 2024, Wakil Presiden Republik Indonesia, K.H. Ma’ruf Amin mengimbau agar ke depan BSI dapat lebih menyasar sektor produktif, baik bisnis haji dan umrah, kosmetik, makanan dan minuman, fesyen, maupun pendidikan.
Sejalan dengan potensi industri halal yang cukup besar, yaitu Rp4.375 triliun, BSI dapat mengambil peran untuk menumbuhkan ekonomi nasional melalui keuangan syariah. Dari 4 triliun ini, industri makanan dan minuman halal memiliki porsi paling banyak, yaitu Rp2.088 triliun. Sementara itu Rp1.438 triliun merupakan aset keuangan syariah.
Bisnis haji dan umrah, kosmetik, makanan dan minuman, fesyen selama ini menjadi sektor yang mudah dijangkau dan cepat bertumbuh dalam ekosistem halal. Transaksi perbankan setiap hari dilakukan. Lalu, bagaimana dengan sektor pendidikan? Cakupan yang luas, jumlah yang banyak, dan tersebar di seluruh Indonesia, bisa memperluas jangkauan pasar pada ekosistem halal.
Anton Sukarna Direktur Penjualan dan Distribusi Bank Syariah Indonesia, mengungkapkan sektor pendidikan termasuk salah satu sektor utama masyarakat Indonesia. Sistem pendidikan dan pengelolaan keuangan dapat terintegrasi dengan adanya kolaborasi antara Bank Syariah Indonesia dan lembaga pendidikan.
Peran BSI dalam Pengelolaan Keuangan Lembaga Pendidikan Islam
Perputaran dana sekolah islam mencapai Rp135 triliun per tahun. Sementara itu PT. Bank Syariah Indonesia Tbk. baru menjaring hingga 12%. Dilansir dari cnbcindonesia.com, sampai September 2023, BSI telah mengelola dana pesantren sebesar Rp928 miliar pada 31.000 pesantren. Sementara itu untuk sekolah islam, BSI telah mengelola dana sejumlah Rp4,5 triliun pada 187.000 sekolah.
Berikut data jumlah lembaga pendidikan islami di Indonesia.
Data Emis Kemenag Tahun ajaran 2023/2024
Data Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri
(Diktis Kemenag Tahun 2024)
Data Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta
(Diktis Kemenag Tahun 2024)
Source: Satu data Kemenag
Adapun pada Munas Ke-5 tahun 2021, Jaringan Sekolah Islam Terpadu telah memiliki anggota sejumlah 2.349 sekolah, yang tersebar pada 34 provinsi di Indonesia (Source: solopos.com).
Data di atas belum termasuk data sekolah Islam swasta, di luar jaringan sekolah Islam terpadu.
Melihat data jumlah lembaga pendidikan islam di atas, perlu adanya inovasi dan gebrakan berkelanjutan dari BSI, untuk hadir berkontribusi lebih luas, serta merangkul sektor pendidikan islami.
Permasalahan yang terjadi di lapangan berkutat pada ketidak tersediaan cabang atau mesin ATM di sekitar lembaga pendidikan. Selain itu literasi tentang keuangan dan perbankan syariah belum merata hingga ke bawah, terutama di daerah-daerah.
Imah seorang wali santri pada salah satu pesantren di Kendal, Jateng. Pesantren tersebut masih menggunakan bank konvensional untuk pengelolaan keuangan. Ini disebabkan, jarak tempuh ke cabang BSI yang tidak terjangkau.
Selain itu, Imah juga menjadi pengasuh pada sebuah Taman Pendidikan Qur’an, yang sudah berpindah menggunakan BSI untuk mengelola keuangan. Menurutnya, kebijakan di BSI lebih mudah dijalankan dan tidak mempersulit.
Kemudian beberapa pesantren di Cirebon dan Majalengka, Jawa Barat juga menggunakan bank konvensional, karena jarak ke kabupaten yang memakan waktu. Serta pengetahuan tentang keberadaan Bank Syariah Indonesia yang kurang.
Begitu pula Abi, pengajar pada salah satu pesantren di Tangerang. Lembaganya menggunakan bank konvensional untuk penggajian maupun pengelolaan keuangan.
Dewi Motik Pramono, pengusaha dan praktisi pendidikan, pada seminar di BSI International Expo 2024, mengungkapkan bahwasannya BSI perlu turun ke bawah untuk menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan. Juga memanfaatkan teknologi, dan networking. BSI hendaknya membuat rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang untuk menggaet lebih banyak sektor pendidikan.
Fawaid, Muhammad Ridwan (2022) dalam penelitiannya menemukan, pesantren bisa mengambil peran dalam rantai ekosistem halal. Caranya, pertama dengan memakai perbankan syariah untuk transaksi finansial. Kedua turut menyediakan produk makanan halal dari hasil pertanian dan peternakan terpadu. Ketiga mengembangkan sektor wisata religi.
BSI dapat masuk ke lembaga pendidikan islam, selain membantu untuk meningkatkan literasi keuangan syariah, juga bisa melalui komoditas yang ada pada lembaga pendidikan islam.
Peran BSI dalam Pemberian Beasiswa Kepada Pelajar dan Mahasiswa
Selain fokus terhadap pengeloaan keuangan, BSI juga berupaya turut memajukan infrastruktur pendidikan Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan ialah membuat program BSI Scholarship 2024, yang diluncurkan pada BSI International Expo 2024 yang lalu.
Pendaftaran secara luring telah dilaksanakan pada 20-23 Juni 2024 di JCC, Senayan Jakarta. Bersamaan dengan BSI International Expo 2024. Pendaftaran berikutnya akan dilakukan secara daring pada awal September 2024, pada www.bsischolarship.id.
BSI bekerja sama dengan BSI Maslahat mengelola dana zakat dan infaq, yang berkolaborasi dengan BAZNAS, untuk memberikan beasiswa dengan target 2.300 pelajar dan mahasiswa. Mencakup 100 perguruan tinggi yang telah bekerja sama dengan BSI, dari 22 provinsi. Beasiswa ini diberikan dalam bentuk dana mulai Rp300 ribu per bulan, sampai beasiswa penuh untuk Uang Kuliah Tunggal (UKT).
BSI telah menyalurkan dana sebesar Rp4,61 triliun untuk memfasilitasi pembiayaan sektor jasa pendidikan, hingga Mei 2024.
Selain beasiswa dana kuliah, BSI dapat menginovasikan bentuk beasiswa ke dalam beasiswa penelitian mahasiswa. Maupun beasiswa pelatihan yang mendukung perekonomian syariah.
Peran BSI dalam Pendampingan Unit Usaha Lembaga Pendidikan Islam
Dilanjir dari tempo.co, pembiayaan BSI terhadap UMKM mencapai Rp46,6 triliun, sampai periode Mei 2024. Total kuartal I 2024 sebesar Rp247 triliun. BSI berhasil menjaring 321 ribu nasabah dari UMKM.
Untuk memberikan layanan yang prima, BSI menggandeng starup Qasir.id, untuk memanfaatkan teknologi, guna mempermudah akses pemerolehan modal, bagi 24 ribu usaha mikro kecil dan UMKM. Tidak hanya soal modal, BSI juga menyediakan fasilitas peningkatan keterampilan untuk para pelaku usaha ini.
Pada perkembangannya lembaga satuan pendidikan islam, mulai membuat unit usaha. Baik penyerapan unit usaha dari potensi sekitar lembaga, maupun dari hasil inovasi guru/murid. Sebagai contoh, Pondok Pesantren Dalwa, Bangil, Pasuruan dengan unit usaha hotel, air mineral dan lain sebagainya.
Ini sejalan dengan program pemerintah dalam menumbuhkan pelaku industri atau wirausaha baru (WUB), untuk memaksimalkan komoditas daerah. Pemerintah membidik pesantren, karena memiliki peluang besar menciptakan WUB dengan memaksimalkan sumber daya yang ada.
Kementerian Perindustrian membuat program santripreneur sejak 2013. Hingga 2023 telah membimbing 10.469 santri dari 101 pondok pesantren. Dari program ini diharapkan dapat mewujudkan kemandirian pondok pesantren, serta dapat memberdayakan perekonomian masyarakat sekitar pondok.
Unit usaha para santri
(Source: kemandirianpesantren.kemenag.go.id)
BSI dapat mengambil peran dalam pembiayaan dan bimbingan terhadap talenta-talenta wirausaha baru seperti ini. Tidak hanya kepada peserta didik, namun juga lembaga pendidikan. BSI dapat mengarahkan terwujudnya ekosistem perekonomian syariah pada lembaga pendidikan, dengan memaksimalkan komoditas yang ada di lingkungan lembaga pendidikan.
Kesimpulan
BSI dapat membuat rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk masuk ke ranah pendidikan islam yang lebih luas. Selain itu, BSI juga perlu membuat program “jemput bola” atau turun ke bawah untuk memperkenalkan produk serta merangkul sektor pendidikan islam. Kemudian, BSI dapat membuat skema agar dapat merangkul lembaga pendidikan di kota kecil. Perlu juga pemanfaatan teknologi yang masif, namun tetap disesuaikan dengan variatifnya tingkat literasi digital masyarakat Indonesia.
Semoga Bank Syariah Indonesia tidak hanya dapat menjadi sahabat finansial, namun juga spiritual, sosial, dan pendidikan.
Tinjauan Pustaka
Fawaid, Muhammad Ridwan. 2022. Pesantren dan Ekosistem Halal Value Chain. Jurnal At-Tamwil: Kajian Ilmu Syariah, Vol. 4 No. 2, 166-184. https://ejournal.uit-lirboyo.ac.id/index.php/perbankan/article/view/2878/1132
https://halal.kemenperin.go.id/alhamdulillah-indonesia-raih-ranking-tiga-di-sgie-2023/
https://kemandirianpesantren.kemenag.go.id/katalog/produk
https://soloraya.solopos.com/munas-jsit-di-solo-bahas-tantangan-pendidikan-masa-pandemi-1214598
https://worldpopulationreview.com/country-rankings/muslim-population-by-country
Komentar
Posting Komentar