Langsung ke konten utama

Dari Gunung Hingga Gandrung, Ini Cara Traveling Aku Bareng Traveloka

 


Berjalan lebih jauh

Menyelam lebih dalam

Jelajah semua warna

Bersama, bersama, bersama

 

Sepakat banget sama lirik Berjalan Lebih Jauh dari Banda Neira. Memupuk pengalaman, merasakan perjalanan, melihat kehidupan yang berbeda, akan memberi warna dalam hidup. Tidak sekadar menghilangkan rasa penat, melakukan perjalan, mengunjungi berbagai tempat juga dapat membuat pikiran lebih terbuka. Pun lebih dapat melihat dan memahami perbedaan. Apalagi perjalanan dengan Traveloka yang memiiki banyak fitur. Perjalanan benar-benar makin berwarna dan lebih efektif serta efisien.

Jika dulu, semua perjalanan aku lakukan sendiri atau bersama kawan. Saat ini, perjalanan sering kuatur bersama keluarga. Agar anakku yang belum beranjak remaja, dapat merasai pengalaman yang berbeda-beda, ketika berkunjung ke berbagai tempat.

Sejak putri kecilku lahir, perjalanan dan petualangan yang kami lakukan masih seputar Jabodetabek, kampung halamanku, dan kampung halaman suami. Kami belum melakukan petualangan ke kota lain, sebab di awal lahir, aku dihadapkan dengan permasalahan menyusui. Permasalahan kelar, eh disambut pandemi.

 

Traveling Dadakan

Dulu, sebelum menikah, aku kerap melakukan traveling secara mendadak. Salah satunya ke Bali untuk diving. Waktu itu kuputuskan dalam waktu 10 menit. Lalu keesokan harinya berangkat ke Bali.

Kala itu, aku sedang berada di Situbondo, untuk refresh penyelaman. Sekaligus melanjutkan restorasi karang bersama para pemuda asli sana dan teman-teman. Dua bulan sebelumnya aku mengikuti kursus selam di sini juga.

Teman-teman dari Jakarta dan Surabaya memang sudah merencanakan perjalanan ke Bali. Aku dan sahabatku mendapat tawaran untuk ikut sekalian. Kami pun setuju. Ya, daripada kembali ke Surabaya cuma berdua, mending ikut ke Bali saja. Semua sudah diatur oleh teman-teman, kami tinggal berangkat dan duduk manis. 



Pagi hari, kami berangkat menggunakan bus menuju Banyuwangi. Ketika yang lain mengenakan kostum kasual, aku malah menggunakan tunik batik hahaha. Biarlah orang lain tertawa. Aku sudah tak memiliki stok pakaian bersih. Namanya juga dadakan 🤣

Sebelum menyeberang, kami menginap di salah satu hotel, dekat Pelabuhan Ketapang. Aku pun sempat pergi ke swalayan untuk membeli pakaian.

Keesokan hari, kami menyeberang menggunakan kapal feri. Ini kali pertama aku naik kapal feri, mendadak pula hehehehe. Pertama kalinya juga menginjakkan kaki ke Pulau Dewata. 

Sampai di Gilimanuk, bus kembali melaju, menuju sebuah warung ayam betutu. Kata teman, berbagai rempah dicampur untuk menghasilkan ayam betutu yang tak sekadar nikmat, tetapi juga tidak membuat perut mulas, walaupun pedas. Terbukti ini.

Lalu, perjalanan dilanjutkan ke Menjangan, menyelam dari berbagai spot. Kemudian diakhiri menyelam di bangkai kapal USAT Liberty, Tulamben. 


 

Sebelumnya, kami beristirahat di penginapan yang berada persis di depan pantai Tulamben. 

Diving kami lakukan langsung dari pantai. Biasanya penyelaman kulakukan dari perahu, kali itu aku merasakan pengalaman berbeda, menggendong tabung scuba seberat 30 kg dari pantai. Ditambah memakai ikat pinggang dengan bandul besi seberat 3 kg. Boyoken gaes. Ingin segera nyemplung ke laut agar beban tak terasa berat.


 

Memorable moment banget deh, meskipun berakhir dengan kulit lebih eksotis alias gosong 😅

Dan di 2023, aku ingin kembali melakukan traveling. Menjelajahi alam anugerah Tuhan, serta melihat berbagai manusia dengan kebiasaan, adat, dan latar belakang yang beragam. Aku rencanakan liburan di Traveloka jauh-jauh hari, enggak dadakan lagi. Pilihanku jatuh ke Bumi Blambangan alias Banyuwangi.

Lah, gak ke luar Pulau Jawa atau ke luar negeri? Tentunya ada keinginan juga pergi ke provinsi dan negara lain. Tetapi untuk perjalanan pertama ini, ke Banyuwangi dulu.

 

 

Salah Satu Mimpi yang Tertunda

“Kamu harus melakukan traveling, minimal sekali dalam hidup. Biar gak rugi. Tapi tidak hanya jalan-jalan. Kamu juga harus melihat kondisi di sana, budaya di sana, bagaimana orang-orangnya. Amati, lalu tiru hal yang menarik dan membawa manfaat,” kata seorang Motivator Social Entrepreneurs, kepadaku.

Inilah salah satu yang membuatku bersemangat untuk melakukan traveling ke Banyuwangi dan ke destinasi lainnya. Selain memang bertandang ke Banyuwangi adalah salah satu mimpi yang tertunda sangat lama.

Dulu, Banyuwangi kalah pamor dengan Bali, Yogyakarta, Malang, dll. Potensi wisata Banyuwangi tidak tampak mentereng di zamanku kecil. 

Kemudian, Banyuwangi pelan-pelan bangkit. Hingga pada 2018 mendapatkan penghargaan ASEAN Tourism Standard Award, sebagai objek wisata clean tourist.

Ini tak lain karena kerja sama antara stakeholder, pemda, dan masyarakat. Aku sangat penasaran bagaimana pola pikir masyarakat berubah, hingga mau menyengkuyung kesuksesan pariwisata di Banyuwangi.

Seperti nelayan di pesisir Bangsring, yang semula menjadi pelaku perusak lingkungan, mau membuka pikiran. Mereka mau menjaga, memperbaiki, dan menjadikan tempatnya mencari penghidupan menjadi area wisata unggulan.

Tujuanku berkunjung ke Banyuwangi juga karena ingin merasakan traveling ke area gunung, daratan rendah, laut, sekaligus budaya. Kerinduanku menghirup udara gunung, berjumpa ikan langsung di lautan, menikmati kuliner, menyaksikan keunikan budaya, begitu membuncah, setelah sekian lama berdiam diri. 

Ke Banyuwangi adalah salah satu alternatif bisa menikmati semua. Sekali jalan, bisa mencoba semua suasana wisata. Ya, begitulah cara traveling aku yang mungkin berbeda dengan orang lain.

Aku akan mengajak keluarga kecilku untuk berkunjung ke Banyuwangi. Agar putri kecilku juga tahu, ada beragam pengalaman dan warna di kota penari ini. Ada bahasa yang berbeda dari yang digunakan di kampung mbah kakung dan mbah putrinya. Walaupun sama-sama masih di Jawa Timur. 

#LifeYuorWay  banget gak tuh.

Asyiknya lagi, akses ke Banyuwangi sangat mudah. Bisa ditempuh menggunakan pesawat, kereta, kendaraan pribadi, bus umum, dan kapal.

Untuk fasilitas penginapan pun beragam. Salah satunya Dialoog Hotel. Aku ingin banget menginap di sini. View-nya sungguh aduhai. Bisa menatap laut lepas dengan bebas dan leluasa. 

Biar gak kehabisan kamar, booking-nya tentu di aplikasi Traveloka dong.





 

 

Dari Alam Hingga Budaya

Banyak banget destinasi yang menjadi whist list dalam rencana traveling bareng Traveloka. Namun, aku tetap harus memilih. Bisa-bisa sebulan lebih masih di Banyuwangi kalau semua mau dikunjungi hehehehe. Inilah beberapa tempat dengan suasana alam, kuliner, dan budaya yang ingin kukunjungi bersama keluarga.

 

Desa Wisata Tamansari

Bermalam di desa wisata Tamansari adalah alternatif sebelum menuju ke Kawah Ijen. Di sini aku berencana bermalam dengan menyewa homestay. Kabarnya, harga homestay sekira Rp 100.000 hingga Rp 300.000 per malam.



Selain bermalam, di desa ini aku juga ingin memanjakan lidah dengan gethuk lindri. Gethuk ini, kabarnya dibuat dalam berbagai bentuk, bukan bentuk pada umumnya yang seperti mie, lalu dijadikan satu membentuk kotak. Aku juga akan berkunjung ke Sendang Seruni, Taman Gandrung Terakota, dan Omah Kopi.

 

Memandang Kawah Ijen

Ke Banyuwangi tanpa ke Kawah Ijen rasanya seperti gethuk lindri tanpa kelapa hehehehe. Jarak dari Desa  Wisata Tamansari sekitar 17-26 km, dengan waktu tempuh 35 menit memakai kendaraan pribadi.

Kawah ijen dengan fenomena blue fire yang hanya ada dua di dunia, membuat aku penasaran untuk mengunjunginya. Tapi untuk melihat langsung peristiwa menakjubkan ini, harus turun ke dasar kawah. Ini sudah dilarang, karena membahayakan. Area mudah longsor dan pengunjung bisa menghirup belerang. Tak apalah cukup menikmati panorama Kawah Ijen serta sunrise yang pastinya indah banget.



Aku pun rela mempersiapkan stamina, karena harus berjalan sekitar 2-3 jam untuk mencapai bibir kawah. Berada di ketinggian 2.386 mdpl. Untuk anakku, akan kupesankan ‘taksi’ gerobak, sebab aku sudah tak kuasa menggendong, jika ia lelah berjalan.

 

Menikmati Sego Tempong

Kuliner khas Banyuwangi satu ini jangan sampai terlewat untuk dinikmati. Sego tempong terdiri atas nasi putih yang dihiasi berbagai sayur rebus, seperti daun kenikir, bayam, kol, dll. Dilengkapi berbagai lauk seperti sate telur puyuh, ikan goreng, paru, udang goreng tepung, tempe, tahu, dll. Lalu diberi sambal yang pedas. Hmmm nikmatnya. Sebagai penikmat sayuran, membayangkan saja sudah membuat liurku berkumpul dan ingin menetes. 

Tempong berasal dari Bahasa Osing bermakna tampar. Jadi, ketika makan sego tempong, rasanya seperti ditampar, karena sambalnya yang sangat pedas.

Warung yang akan aku tuju adalah Sego Tempong Mbok Wah. Dari Desa Wisata Tamansari dapat ditempuh selama 28 menit, menggunakan mobil. Letaknya di Jl. Gembrung Nomor 220, Lingkungan Watu Ulo R, Bakungan.


 

Ada Savana di  Taman  Wisata Baluran

Perjalanan berlanjut ke sebuah taman yang mirip savana di Afrika. Tempat ini dikenal sebagai Africa Van Java. Untuk mencapai Taman Wisata Baluran, perlu keluar dulu dari Banyuwangi. Aku harus melipir ke Kabupaten sebelah, yaitu Situbondo.

Biasanya melihat padang rumput yang dipenuhi kambing/sapi, kali ini aku akan ke Savana Bekol. Padang rumput yang dihuni oleh satwa liar seperti di Afrika. Aku berharap bisa melihat burung toucan, Banteng Jawa, merak, serta hewan lainnya.



Ah betapa menakjubkan pemandangan ini. Melihat para hewan tanpa kandang, bebas berkeliaran di padang rumput yang berlatar belakang Gunung Baluran.

Di Kawasan taman nasional ini juga terdapat pantai pasir putih yang indah, bernama Pantai Bama. Aku akan berhenti sejenak di sini untuk menikmati sunset, serta beristirahat sebelum kembali ke Banyuwangi.

 

Desa Wisata Adat Osing Kemiren

Kembali ke Banyuwangi, kemudian menginap kembali ke desa wisata. Dari info yang kuperoleh, homestay di sini berarsitektur osing. Tujuanku di sini, selain menginap, juga ingin melihat kesenian, adat suku osing, manuskrip, dan kebiasaan warganya.

Seru rasanya, bisa menjejakkan kaki ke rumah adat osing, mendengarkan bahasanya, menonton atraksi kesenian. Ah aku banget deh kalau udah berurusan sama budaya begini. Ya, karena memang aku suka banget melihat budaya yang beragam di Indonesia ini. Kan menyenangkan ketika bisa mengenalkan langsung juga ke anak.

Desa Wisata Adat Osing Kemiren 

 


Menyelam di Bangsring Underwater

Yei, waktunya main air laut sekaligus diving. Sengaja aku kasih jarak antara pendakian menuju ke Kawah Ijen, dan menyelam. Untuk menghindari terjadinya decompression sickness. Apalagi aku merupakan penyelam pemula, yang sudah lama vakum. Ini juga alasan mengapa pergi ke Kawah Ijen aku dahulukan, kemudian ke Bangsring termasuk ke destinasi terakhir.

Aku penasaran dengan terumbu karangnya, rindu juga berjumpa nemo, melihat rumput laut yang melambai-lambai. Kebayang betapa fresh mata dan pikiranku hihihihi. Penasaran juga bagaimana reaksi ikan di sini, sudah akrab dengan manusia, atau masih langsung menghindar ketika mata tak sengaja saling menatap.

 

 

Untuk suami dan anak snorekeling saja, biar quality time berdua. Juga berenang bersama hiu di rumah Apung. Semoga anakku berani. Dilanjutkan menaiki banana boat juga akan menyenangkan sepertinya.

 

Menonton Festival Gandrung Sewu

Aku tertarik dengan hiasan kepala dari penari gandrung. Unik banget. Semoga ada suvenir berbentuk hiasan kepala ini. Akan aku koleksi pastinya. Pernah aku melihat hiasan kepala ini menjadi hiasan stan pameran. Menjadi pintu masuk para pengunjung. Gemesin banget, bagus sekali.

Nah, bagaimana dengan tari gandrung dengan penari seribuan lebih? Ya aku ingin banget nonton langsung. Sudah sejak lama impian ini kusimpan hehehehe.

Sejak 2012, festival ini diselenggarakan setiap tahun. Kecuali 2020, penyelenggaraannya ditiadakan karena mulai pandemi. Setiap tahun, tema yang diusung berbeda. Seperti pada 2022, tema yang diusung adalah Kemilau Bumi Blambangan: Jejer Gandrung Gurit Mangir.

 

 

   Festival Gandrung Sewu 2022

 

Bungkus Jajan dan Suvenir di Osing Deles

Petualangan di Banyuwangi akan kututup dengan menghampiri pusat oleh-oleh Osing Deles. Terletak di Jl. K.H. Agus Salim Nomor 12A, Taman Baru, Banyuwangi, dekat dengan stasiun Karangasem.

Di sini tersedia produk fashion seperti kaus, tas, jaket, sandal, udeng, dll. Tak ketinggalan suvenir lucu juga dijajakan. Oleh-oleh berupa makanan ringan khas Banyuwangi pun lengkap disediakan di sini, seperti klemben, bagiak, bidaran, dll. Haduh, belum juga berangkat sudah membayangkan nikmatnya ngemil camilan khas Banyuwangi, di perjalanan pulang hihihihihi.

Usai membeli oleh-oleh, mampir dulu ke restorannya. Itung-itung makan terakhir sebelum meninggalkan Bumi Blambangan yang menawan.

 

Transportasi

Pemilihan transportasi untuk traveling ke Banyuwangi menjadi salah satu hal terpenting. Aku memilih menggunakan pesawat dari Jakarta ke Banyuwangi untu berangkat. Tiket akan kubeli di Traveloka.


 

Selama di sana aku akan menyewa mobil dan atau motor. Menyewa motor belum pasti, aku mau lihat kondisi di sana dan saran teman sebaiknya seperti apa.

Untuk pulang, aku memilih moda kereta, agar bisa mampir ke Surabaya dan pulang sejenak ke kampung halaman. Pesannya juga melalui aplikasi Traveloka, biar mudah dan makin hemat, karena sering ada promo.

 


 

Traveling dengan Caramu, Yuk

 

Begitulah sekilas rencana perjalananku ke Banyuwangi bersama keluarga. Bagaimana  dengan kamu? Sudah ada rencana traveling di 2023 belum? 

Yuk, rencanakan liburan di Traveloka aja. Mudah, efektif, efisien, dan banyak fitur yang bisa kamu pakai untuk mendukung traveling kamu. Tentunya banyak promo juga yang bikin kamu makin bahagia.

 

Kamu boleh meniru caraku traveling, boleh juga meniru cara orang lain. Tapi tetap perlu diingat, apa pun pilihanmu, tetap ikuti kata hati dan jalani hidup dengan caramu sendiri. Happy Traveling! #LiveYourWay Bestie. Jangan lupa maksimalkan fitur di Traveloka untuk travelingmu yang menyenangkan.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Implora Day to Day Series, Tampil Manis dengan Make Up Minimalis

  Bisa make up dengan tenang tanpa direcokin anak pasti jadi dambaan perempuan dewasa. Ya, sebagaimana fitrahnya perempuan, yaitu bersolek. Merias diri agar tampak apik dipandang mata, menjadi hal naluriah. Sementara itu, sebagian ibu dengan anak balita, merias diri bisa menjadi aktivitas yang sangat menantang. Apalagi yang belum kenal dengan Implora Day to Day Series. Untungnya Implora series ini baru ada di akhir 2023, yang mana anakku sudah mulai memasuki masa kanak-kanak. Coba masih bayi, aku harus menyembunyikan dengan berbagai cara. Biar tim ungu series yang manis ini tak lekas rusak, sebelum habis dipakai. Paham kan ibu ibu di pelosok tanah air? 😁 Pas banget, ketika Implora day to day Series ini launching , aktivitasku semakin padat. Sejak Desember, aku mulai sering diminta menjadi narasumber, pemateri, atau pengisi acara. Di samping itu, kerap kali ada acara orang tua di sekolah. Aku butuh banget make up yang bisa dipakai sat set, plus dapat dibawa kemana-mana dengan mudah. Ak

Mau Kuku Tampil Cantik? Implora Nail Polish Bikin Makin Percaya Diri

  Ngomongin soal nail polish atau cat kuku, atau kutek, tidak seperti ngomongin lipstik. Perempuan yang memilih tidak memakai nail polish, lebih banyak daripada yang memilih tidak memakai lipstik. Tetapi, memakai nail polish sebenarnya hal yang lumrah. Ya, karena bagian dari fitrah perempuan, yang demen banget bersolek. Bahkan menggunakan nail polish, bisa bikin makin percaya diri. Apalagi kalau pakai Implora Nail Polish. Kapan aku mengenal nail polish, tentu sejak kecil 😁. Namun ketika berada di bangku kuliah, aku selalu memakai nail polish berwana hitam. Gemes sama warna ini. Ini berlangsung sampai aku bekerja. Tentu pakainya ketika si tamu bulanan datang 😁. Sejak hamil dan melahirkan, aku berhenti memakai nail polish. Hingga anak perempuanku, keranjingan memakai nail polish sejak usia 3 tahun. Kemudian di usianya yang ke-6, aku mulai berpikir, untuk mencoba memakai nail polish lagi. Karena, ia akan senang, dan merasa semakin dekat, jika aku masuk ke dunianya. Daaan kutemukan si Im

Punya Bibir Gelap? Coba Ombre Pakai Implora Urban Lip Cream Matte

    Memilih Lipstik berdasarkan berdasarkan warna kulit dan warna bibir itu, bagiku cukup rumit. Apalagi dulu aku asal pakai saja. Bahkan sering lebih memilih meminta pendapat teman. Namun, s aat ini aku sudah bisa memilih warna lipstik sendiri. Lipstik yang cocok untuk bibirku yang agak gelap dan kulitku yang sawo matang. PR berikutnya ialah membuat gradasi di bibir seperti orang-orang. Aku tidak bisa. Berulang-ulang membuat ombre, gagal. Bahkan warna tak sesuai. Malah membuat makin gelap dan kurang fresh . Hingga akhirnya aku berhasil membuat ombre, walaupun masih belum mahir. Kemudian aku mencoba menggunakan Implora Urban Lip cream Matte. Ulasannya bertebaran di mana-mana, siapa tahu cocok di bibirku. Implora Urban Lip Cream Matte Implora Urban Lip Cream Matte dibuat dengan formula lembut, dengan kandungan vitamin E. Vitamin E ini memiliki fungsi sebagai antioksidan. Oleh karena itu, Lip Cream ini dapat membantu menjaga kelembapan bibir dengan alami. Ada banyak pilihan